Arsip untuk Januari, 2013

Ada sepasang suami-istri yang berjualan nasi kuning di sebuah kompleks perumahan di Jati Bening. Umur mereka sudah tidak muda lagi. Sang suami mungkin sudah berumur lebih dari 70, sedangkan istrinya sekitar 60-an. Di sekitar mereka ada beberapa gerobak lain yang juga menjual makanan untuk sarapan pagi. Tapi dari semuanya, hanya gerobak mereka yang paling sepi.
Setiap pagi, dalam perjalanan menuju ke kantor, saya selalu melewati gerobak mereka yang selalu sepi. Gerobak itu tidak ada yang istimewa. Cukup sederhana. Jualannya pun standar.
Setiap pagi pula, sepasang suami-istri itu duduk menjaga gerobak mereka dalam posisi yang selalu sama. Sang suami duduk di luar gerobak, sementara istrinya di sampingnya. Kalau ada pembeli, sang suami dengan susah payah berdiri dari kursi (kadang dipapah istrinya) dan dengan ramah menyapa pembeli. Jika sang pembeli ingin makan di tempat, sang suami merapikan tempat duduk, sementara istrinya menyiapkan nasi kuning dan menyodorkan piring itu pada suaminya untuk diberikan pada sang pelanggan. Kalau sang pembeli ingin nasi kuning itu dibungkus, sang istri menyiapkan nasi kuning di kertas pembungkus, dan menyerahkan nasi bungkusan itu pada suaminya untuk diserahkan pada sang pelanggan.
Saat sedang sepi pelanggan, pasangan suami-istri itu duduk diam. Sesekali jika istrinya agak terkantuk-kantuk, suaminya mengurut punggung istrinya. Atau jika suaminya berkeringat, sang istri dengan sigap mengambil sapu tangan dan mengelap keringat suaminya.
Kalau mau jujur, nasi kuning mereka tidak terlalu spesial. Sangat standar. Tapi, kalau saya mencari sarapan pagi, saya selalu membeli nasi kuning di tempat mereka. Bukan spesial-tidaknya. Tapi lebih karena cinta mereka yang membuat saya tergerak untuk selalu mampir.
Dalam kesederhanaan, kala susah dan sedih karena tidak ada pelanggan, mereka tetap bersama. Sang suami tidak pernah memarahi istrinya yang tidak becus masak. Sang istri pun tidak pernah marah karena gerakan suaminya yang begitu lamban dalam melayani pelanggan. Dia bahkan memberi kesempatan suaminya untuk melayani pelanggan.
Mereka selalu bersama, dan saling mendukung, bahkan di saat susah sekali pun. Hingga hari ini, sudah 10 tahun saya lewati tempat itu, mereka masih tetap di tempat yang sama, menjual nasi kuning, dan selalu bersikap sama. Penuh kesederhanaan. Penuh kasih sayang. Dan saling menguatkan di saat susah.
Jika Anda berkunjung ke Sidoarjo, Anda bisa mampir ke jalan raya Juanda. Tidak susah mencari gerobak mereka yang sederhana. Carilah gerobak yang paling sepi pelanggan. Mereka berjualan sejak pukul 07.00 hingga siang hari (mungkin sekitar 11.00, karena saya pernah ke sekolah jam 11.00, mereka sudah tidak ada). Jujur, nasi kuning mereka sangat standar & tidak selengkap gerobak nasi kuning lain di sekeliling mereka. Namun, cinta kasih mereka membuat makanan yang sederhana itu terasa begitu nikmat. Cinta kasih yang begitu tulus, sederhana, apa adanya. Bahkan dalam kesusahan sekalipun, mereka tetap saling menguatkan.
Sebuah kisah cinta yang luar biasa. Mungkinkah kita bisa seperti mereka?
Semoga Allah melimpahkan rahmat buat kita semua. Amien.
Roni: Aku suka sama kamu, Rin …. Aku pengin kamu jadi pacarku.
Rina: (Malu-malu) Aku juga suka sama kamu, Ron.
ARTINYA : Jelas si Rina suka sama si Roni, sampe ngomong terus terang gitu.
Hendro: Nov, Aku bener-bener suka sama kamu. Aku pengen kita bisa jalan bareng.
Novi: Kaya’nya kita lebih baik temenan aja, dech. Kita khan udah lama temenan.
ARTINYA : Novi pun sebenarnya suka sama si Hendro. Status “teman” hanya buat alasan aja buat si Novi biar bisa deket terus sama si Hendro.
Andri: Aku ngerasa cocok jalan sama kamu. Mau ngga’ jadi pacarku, Wen?
Wenny: Jangan sekarang deh …. Aku pengin konsentrasi study-ku dulu
ARTINYA : Wenny suka sama si Andri, jawaban yang nggantung dan ngambang kaya’ gitu maksudnya biar Andri penasaran dan tetep “stay around” si Wenny. Dengan gitu khan mereka bisa tetep deket. Andaikan si Wenny nggak suka, pasti ngomong terus terang sama Andri.
Roy: Kamu cakep dech, Lia … Aku pengin pacaran sama kamu ….
Lia: Terus terang ya, Roy … Aku nggak suka sama kamu. Aku benci sama kamu. Kamu Egois, Kamu bau, Kamu urakan, Kamu cowok males! Pokoknya aku benciii sama kamu!!!
ARTINYA : Perhatian Lia gedhe sama Budi. Lia tau semua sifat-sifat Roy, sampe baunya segala. Ngga’ banyak cewek yang perhatian kaya’ gitu. Dan sangat mungkin itu artinya Lia aslinya suka sama Roy.
Indra: Aku udah lama merhatiin kamu, Yen… Aku suka en sayang banget sama kamu…
Yenni: (Tertawa lepas) Haa..ha..uahaaa. .ha.. Lucu kamu, Dra!
ARTINYA : Betapa gembiranya Yenni mendengar ucapan Indra. Ekspresi tawa bahagia tiada tara. Jelas banget si Yenni suka sama si Indra, sampe dibilang kalo Indra lucu segala.
Yanto: Ria, …Mau ngga’ jadi pacarku ?
Ria: Plak!! Plak!! (Ria “menyentuh” pipi si Yanto)
ARTINYA : Yanto spesial buat Ria. “Sentuhan” tangan Ria ke pipi Yanto (sampe 2X bahkan, ninggalin bekas merah lagi) adalah sentuhan yang ngga’ semua cowok bisa ngerasain. Peluang besar buat Yanto bahwa Ria suka sama dia.
Bimo: Win, Wina … Aku suka banget sama kamu. Pacaran Yuk …
Wina: Janxxx !! Aku iki lanang, Mo ! Aku koncomu, WinaRNO !!! Eling, Mo….eling … Aku WinaRNO..!!
ARTINYA : Wina seneng sama Bimo. Masa’ sampe ngaku-ngaku cowok segala. Ngotot lagi..! Wina ngaku cowok khan biar selalu bisa santai dan deket sama Bimo.
Jadi jawaban apapun yang nantinya diberikan sama si cewek,… peluang selalu ada dan ngga’ pernah ketutup. So .. Tetap Semangat!!!!
Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. “Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai.” “Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti” ujar si nenek lagi.
Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya.” Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini.” “Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini.”
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil. “Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan ALLAH, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
“Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
“Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”..
“Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
“Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda / goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah berhati-hati dan sadar terhadap semua tindakanmu”.

Tentang IPB

Posted: 26/01/2013 in Tagline Pertanian - IPB
IPB atau Institut Pertanian Bogor adalah sebuah perguruan tinggi pertanian negeri yang berkedudukan di Bogor. IPB pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) yang kemudian disyahkan oleh Presiden RI Pertama. IPB memiliki 5 Kampus, yaitu Kampus IPB Baranang Siang, Kampus IPB Dramaga, Kampus IPB Gunung Gede, Kampus IPB Cilibende, dan Kampus IPB Taman Kencana. Program Studi di IPB dikelola 9 Fakultas, 1 Sekolah Pascasarjana dan Program Diploma. 9 Fakultas tersebut antara lain Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Peternakan, Fakultas Kehutanan, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ekonomi Manajemen, dan Fakultas Ekologi Manusia serta Fakultas Pascasarjana dan Program Diploma.

Lambang IPB mencerminkan pertumbuhan IPB sebagai suatu lembaga pendidikan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi serta akan selalu maju, tumbuh terus dan mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi dengan berlandaskan Pancasila.Lambang IPB terdiri atas tulisan Institut Pertanian Bogor, pohon berdaun lima helai, dan buku terbuka dibawahnya yang kesemuanya berwarna putih dengan dasar berwarna biru; warna dasar biru melambangkan IPB termasuk kelompok ilmu pengetahuan; gambar buku terbuka melambangkan IPB sebagai sumber ilmu pengetahuan; bentuk bundar melambangkan bahwa ilmu itu tidak ada batasnya, selalu berkembang, bertambah; cabang tiga helai yang muncul dari buku melambangkan Tridarma Perguruan Tinggi; dan kelima ujung helai daun melambangkan lima fakultas pertama pada waktu IPB berdiri dan Tridarma Perguruan Tinggi dilaksanakan berdasarkan Pancasila.

Percaya tidak kalau kita hepi juga berkat petani ? Bagaimana tidak ? Coba bayangkan, kalau tidak ada petani. Siapa yang akan menanam padi di sawah, membudidayakan sayur-sayuran, serta mengembangbiakkan  buah-buahan ? Tidak mungkinkan kita bisa hepi tanpa ada padi, buah-buahan, dan sayur-sayuran yang biasa kita makan. Tidak hanya itu jasa petani yang membuat kita hepi. Petani tidak hanya menghasilkan bahan pangan dan mengelolahnya saja. Tetapi juga mulai mengembangkan berbagai inovasi.

Bahkan seluruh negara di dunia berusaha bersaing untuk menciptakan produk baru yang dapat mempermudah petani. Mulai dari inovasi dalam mempermudah pembudidayaan, pengolahan bahan pangan hingga menciptakan berbagai produk unggulan. Gimana kita nggak hepi coba? Kalau petani tidak hanya mampu menyediakan bahan pangan tapi juga membuat makanan yang kita makan lebih enak, bergizi tinggi, dan murah lagi.

Contohnya saja di negara kita tercinta Indonesia. Selain menyandang sebutan sebagai negara agraris ( sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani), Indonesia juga memiliki sebuah institut pertanian di Bogor atau yang lebih dikenal dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Institut Pertanian terbesar di Indonesia ini berhasil memamerkan kerang lebih 131 produk unggulan yang diperkenalkan secara umum pada awal april 2012. Selain itu IPB juga berhasil meraih banyak prestasi pada bulan Juni 2012. Bagaimana percaya nggak kalau ” Bersama Petani Kita Hepi” ?