Archive for the ‘Nasional’ Category

Jum’at, 24 Ramadhan 1434 H Makkah diguyur hujan deras. Setelah shalat
Jum’at, panas yang begitu menyengat tiba-tiba di atas Ka’bah dan area
Masjidil Haram dipayungi mega mendung.

Beberapa menit kemudian debu bertaburan menyelimuti hawa panas
Makkah. Pandangan mata hanya tembus 10 meteran karena hamburannya
debu.

Subhanallah beberapa menit kemudian hujan turun deras sekali. Hujan
barokah membasahi bumi Mekah, bumi yang terkenal cuacanya panas.
Para jama’ah di Masjidil Haram riang gembira menyambut hujan. Ssirene
-sirene polisi dibunyikan ikut menyampaikan kegembiraan turun hujan.

Hujan kemudian reda tapi mendung masih menyelimuti Makkah dan
sekitarnya. Selang 30 menit Ka’bah dan sekitarnya diselimuti mendung
gelap. Angin kencang bertubi tubi lagi, bersamaan hujan deras mengguyur
lagi.

Sekitar satu jam lebih Ka’bah di guyur hujan lagi. Sirene dibunyikan lagi.
Sementara di area pelataran Ka’bah jama’ah berebut di bawah talang
emas ka’bah air mengalir deras. Kiswah kain penutup ka’ bah yg terlihat
kusam berdebu sekarang tampak hitam gelap gagah dengan warna emas
tulisannya.
 
Namun hujan berhenti menjelang adzan ashar (sekitar pukul 7 malam
WIB). Saat berita ini diturunkan, cuaca di Makkah terang dan cukup sejuk.

Pertanda Lailatul Qadar kah? Ini adalah malam ganjil, 25 Ramadhan.
Wallahu a’lam bisshowab .

Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat
Prof. Dr. H. Asassriwarni, MH mengungkapkan lima perilaku jahiliyah yang
saat ini berkembang dan meresah masyarakat. Perilaku tersebut saat ini
disebut dengan jahiliyah modern.

Hal itu diungkapkan Assasriwarni di hadapan jamaah Masjid Raya
Muhajirin Koto Buruak, Kecamatan Lubuk Alung, Padang pariaman, Rabu
(31/7) malam dalam tim safari Ramadhan PWNU Sumbar. Hadir juga
Wakil Ketua PWNU Dr. Ahmad Wira, Wakil Sekretaris Armaidi dan Bukhari,
Ketua Masjid Raya Muhajirin Koto Buruak Afriendi, SHI, MH, dan tokoh
masyarakat setempat.

Menurut Asassriwarni, perilaku tersebut pertama dulu ada minum tuak,
sekarang marak pemakai narkoba. Narkoba ini sudah dikonsumsi dari
anak-anak tingkat SD hingga perguruan tinggi, berbagai kalangan juga
terlibat narkoba. Banyak generasi muda negeri ini dirusak oleh narkoba.

“Kedua, judi. Yang sekarang bernama togel. Ketiga, berkelahi bersama-
sama yang sekarang dikenal dengan tawuran. Tawuran antar pelajar,
antara kelompok masyarakat, maupun tawuran antar kampung. Keempat,
zina yang sekarang keren dengan istilah perselingkuhan. Kelima, mencuri
yang sekarang marak dengan istilah korupsi,” kata Asasriwarni yang juga
Pembantu Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang ini.

Dikatakan, untuk mengubah bangsa ini kepada yang lebih baik haruslah
dengan ilmu pengetahuan. Bahagia di dunia dan bahagia di akherat juga
perlu ilmu. Sehingga hadis Nabi Muhammad Saw. menjelaskan bahwa
tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina. Padahal waktu itu di Cina
belum lah ada pemeluk beragama Islam. Alasannya sampai ke Cina adalah
karena budaya Cina lebih dulu muncul dikenal orang lain. Sehingga Nabi
menyuruh umatnya agar mencari ilmu sampai ke negeri Cina. Ini
menunjukkan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan oleh umat Islam.

Sebelumnya rombongan PWNU Sumbar menyerahkan sejumlah Al Qur’an
dan bingkisan kepada Ketua Masjid Muhajirin Koto Buruak Afriendi, yang
disaksikan oleh pengurus lainnya

Pemerintah akan melaksanakan sidang itsbat penentuan 1 Syawal 1434
Hijriyah pada 7 Agustus 2013 sesaat setelah diadakan rukyatul hilal di
berbagai dareah.

Pada saat itu posisi hilal sudah memungkinkan untuk dirukyat ( imakur
rukyat), dan berdasarkan pengalaman maka hilal dimungkinkan bisa
disaksikan.

Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam laman Kementerian Agama
di Jakarta, Rabu, berharap hari raya Idul Fitri tahun ini akan dirayakan
secara bersama oleh semua umat Muslim di Tanah Air.

“Sidang itsbat akan dilaksanakan 7 Agustus, semua ormas Islam kita
undang,” kata Wamenag kepada wartawan pada acara buka puasa
bersama di kediamannya, Jalan Ampera I No. 10, Jakarta Selatan, Selasa
sore.

Hadir Duta Besar Arab Saudi Mustafa bin Ibrahim Al Mubarak, para
pejabat eselon I, II, dan III Kementerian Agama, serta beberapa direktur
BUMN.

Wamenag mengatakan, jika didasarkan pada perhitungan hisab, pada hari
pelaksanaan rukyatul hilal atau hari Rabu senja tanggal 7 Agustus 2013,
posisi hilal berada di atas dua derajat.

Sesuai pengalaman tahun-tahun yang lalu, apabila hilal di atas dua
derajat, maka hilal atau bulan baru dimungkinkan akan bisa disaksikan
atau imkanur rukyat.

“Kecuali jika pada hari itu seluruh lokasi pemantauan hilal di Tanah Air
terhalang mendung,” ujarnya.

Namun Wamenag berharap, hari raya Idul Fitri tahun ini akan dirayakan
bersama-sama oleh seluruh masyarakat muslim Indonesia. “Kita berharap
lebaran bareng, sehingga lebih menguatkan ukhuwah Islamiyah,” ujarnya.

Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil menambahkan, pada sidang itsbat
penentuan awal syawal nanti terlebih dahulu dilaksanakan sebuah seminar
membahas tentang masalah hisab-rukyat.

“Jika sebelumnya kegiatan sidang dilaksanakan sore hari, itsbat nanti akan
dimulai dari siang hari, sekitar pukul 13.30 dengan sebuah seminar
membahas permasalahan hisab rukyat, termasuk juga mengenai penetapan
yang dilakukan oleh kelompok An Nazir dan Naqshabandi,” kata Djamil.

Hidup berdampingan dalam perbedaan, tapi tanpa perselisihan, adalah impian semua umat. Hal itu tampak di Kota Solo pada Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah yang memiliki halaman bersama.

Kedua rumah ibadah yang terletak di Jl. Gatot Subroto No 222, Solo, Jawa Tengah tersebut, tidak tersekat tembok kokoh, apalagi pagar tinggi. Satu-satunya pemisah bangunan tersebut hanya tugu lilin tua yang merupakan simbol perdamaian kerukunan umat beragama.

Menurut salah satu jamaah masjid, Sujadi mengatakan “Kita merasa bangga, bisa hidup bersama meski dengan keyakinan berbeda,” jelasnya ketika ditemui pada Rabu (18/7).

Menurut Pendeta Nunung Istiningdya, GKJ Joyodiningratan didirikan tahun 1939, sementara mushala Al-Hikmah yang saat ini sudah berubah menjadi masjid didirikan tahun 1947. Suasana kondusif yang terjalin selama ini, kata Nunung, lantaran selalu terjalinnya komunikasi di antara pengurus kedua tempat beribadah itu.

“Selama puluhan tahun kami tak pernah ada konflik. Sebagai tanda kerukunan, kami mendirikan sebuah tugu lilin di antara bangunan gereja dan masjid,” katanya.

Kerukunan antardua jemaah beda agama ini tidak hanya terlihat pada kegiatan ibadah sehari-hari. Saat perayaan hari besar misalnya, mereka akan saling membantu dan mengamankan kegiatan peringatan hari besar tersebut.

Pernyataan Nunung juga dibenarkan oleh Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Natsir Abu Bakar. Menurutnya, sebagai pengurus masjid pihaknya selalu berkomunikasi dengan gereja.

“Kami selalu berkomunikasi, apa pun yang dilakukan harus selalu rukun,” terangnya.

Karena harmonisasi yang baik ini, tak jarang dua rumah ibadah tersebut menjadi rujukan pemuka agama seluruh dunia. Ada yang datang dari Singapura, Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, juga dari Filipina, Jepang, Vietnam.

Berdasarkan buku tamu gereja maupun buku tamu masjid, terlihat siapa saja yang pernah berkunjung. Kedatangan mereka ke Solo adalah untuk melihat secara langsung tentang kerukunan umat beragama di Solo.

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Sya’roni Ahmadi menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sangat mulia. Oleh karenanya, setiap orang tidak boleh memegang Al-Qur’an, kecuali keadaan suci.

“Madzhab empat sepakat yang dimaksud suci disini adalah suci dari hadas kecil dan besar,” katanya saat menerangkan sebuah ayat Surat Al-Waaqi’ah dalam pengajian rutin tafsir Al Qur’an di Masjid Al-Aqsha Kudus, Jumat (19/7).

Kiai Sya’roni menjelaskan kategori tulisan Al-Qur’an yang harus dipegang dalam keadaan suci. Diterangkan, disamping yang berbentuk mushaf (kitab suci), setiap tulisan Al-Qur’an yang digunakan untuk bacaan harus suci terlebih dahulu dengan berwudlu.

“Misalnya, menulis ayat Al-Qur’an pada sebuah papan tulis untuk dibaca bersama-sama, ketika mau demek (megang) wajib berwudlu,” tegasnya mencontohkan.

Sedangkan yang diperbolehkan tanpa keadaan suci, terang Kiai Sya’roni, adalah tulisan ayat Al-Qur’an untuk kepentingan jimat dan hiasan (kaligrafi). Kedua tulisan jenis tersebut, tidak apa-apa tanpa harus berwudlu. “Tulisan Al-Qur’an untuk hiasan tidak apa-apa tanpa berwudlu karena tidak untuk bacaan,” jelasnya.

Bagaimana dengan Al-Qur’an yang ada terjemahannya? Kiai yang biasa disapa Mbah Sya’roni ini menyatakan, harus dilihat perbandingannya antara tulisan Al-Qur’an dan terjemahannya.

“Bila Al-Qur’an itu lebih banyak tulisan Jawa (terjemahannya), tidak perlu wudlu. Tetapi bila banyak tulisan Al Qur’an, wajib wudlu,” terangnya di depan ribuan jamaah.

Di pesantren huffadh, Mbah Sya’roni mencontohkan, menyediakan Al Qur’an terjemahan bagi santri perempuan yang tengah menghafalkan. Hal ini untuk menjembatani perempuan yang sering mengalami hadas besar seperti nifas/haid supaya hafalannya tetap lancar.

“Namun ketika haid atau nifas itu, membacanya tidak boleh bersuara atau tidak terdengar orang lain,” jelas Mbah Sya’roni.

Pengajian rutin Tafsir Al Qur’an pada bulan Ramadhan ini memasuki hari kedelapan. Dimulai sejak 3 Ramadhan, pengajian ini selalu diikuti ribuan jamaah dari berbagaia kota Kudus, Jepara, Demak dan sekitarnya pada setiap usai subuh.